Sering Jadi Objek Perundungan, Perlu Perhatian Khusus

HOME VISIT: Dua orang guru dari SMK Negeri 1 Sumberwringin Kabupaten Bondowoso saat home visit ke rumah siswanya. FOTO : ANTARA--

Perjuangan Guru di Bondowoso Merayu Siswanya Kembali ke Sekolah (Habis)

Selain itu, ada juga kasus khusus yang membuat guru harus berjuang ekstra untuk mengembalikan anak ke sekolah, salah satunya ada siswa laki-laki yang mengalami luka batin mendalam, akibat perundungan di masa sekolah dasar.

---

SEBUT saja siswa itu bernama Dm. Ia tergolong rajin dan mudah menangkap pelajaran di kelas. Tiba-tiba anak itu tidak masuk sekolah, lebih dari satu pekan tanpa kabar. Setelah mendapatkan informasi tempat tinggalnya, Yulis dan Desi Arisandi (wali kelas), melakukan "home visit" ke tempat tinggal Dm.

Kedua guru itu terkejut mendapat kabar bahwa Dm yang tinggal bersama neneknya itu suka mengamuk saat di rumah. Ia sering memecahkan barang-barang di rumah, termasuk menendang pintu rumah tanpa sebab. Karena ketakutan nyawanya terancam, akhirnya si nenek pindah tinggal ke rumah familinya, dengan meninggalkan Dm hidup sendiri.

Menurut cerita si nenek, Dm sejak kecil sudah berpisah dengan bapak dan ibunya yang sudah bercerai. Bapak ibunya sudah lama tinggal di luar Jawa, sehingga Dm, diasuh oleh si nenek.

Akibat luka batin yang mendalam, Desi dan Yulis kesulitan menggali data kondisi jiwa dari Dm. Si murid itu cenderung diam dan murung ketika diajak bicara. Ketika dilakukan konseling si anak merasa nyaman untuk berkomunikasi, barulah terbuka fakta bahwa Dm sering mengalami perasaan marah tanpa sebab, termasuk pernah muncul keinginan bunuh diri.

BACA JUGA:Tampil Nyentrik, Mulai Dari Batik Hingga Kebaya

BACA JUGA:Moeldoko: Presiden Miliki Hak untuk Berpolitik

Akhirnya, kedua guru memberikan perhatian khusus untuk menyelamatkan jiwa Dm. Lewat komunikasi intensif, diperoleh kesimpulan bahwa Dm "dendam" pada si nenek, karena peristiwa pindah sekolah saat dia masih SD. Mendapati anaknya bercerai, si nenek membawa si cucu Dm pindah ke daerah lain di luar Bondowoso, dengan budaya dan bahasa yang berbeda dengan keseharian Dm.

Di sekolah baru itu, Dm sering mendapatkan perundungan dari teman-temannya, karena tidak bisa berbahasa daerah setempat. Kala itu, Dm sempat mengungkapkan keinginannya ke nenek untuk kembali bersekolah di Bondowoso, yang akhirnya terwujud.

Mengingat luka batin akibat perundungan itu, pikiran bawah sadar Dm menimpakan semuanya sebagai kesalahan si nenek. Ketika sudah di SMK, luka batin itu mencuat. Karena masih terikat norma bahwa dia harus menghormati nenek yang telah mengasuhnya dari kecil, Dm hanya melampiaskan kemarahan dengan cara mengamuk.

"Alhamdulillah, Dm sekarang sudah mulai mau sekolah lagi, setelah kami beberapa kali menemuinya di rumah. Kasus Dm ini memang memerlukan penanganan ekstra khusus, karena penyebabnya juga sangat khusus. Kami bersyukur, ikhtiar kami sebagai guru membuahkan hasil menyelamatkan anak tersebut," kata Yulis.

Masih terkait komitmen dan kepedulian sekolah kepada para muridnya, guru-guru berstastus pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) terkadang urunan untuk membelikan seragam kepada para siswanya.

Tag
Share