Pantai Gading Menyulap Tragedi Menjadi "Happy Ending"

Pemain Pantai Gading Max-Alain Gradel mengankat trofi Piala Afrika di podium juara setelah Pantai Gading menjuarai Piala Afrika.--

Dua punggawa tim ini kerap merajalela di jantung pertahanan lawan sehingga tim paling ofensif pun tertahan untuk tak terus menekan, karena harus melawan teror tak henti dari duet pemain depan Pantai Gading itu.

Gol penentu Pantai Gading menjadi juara Piala Afrika 2023 pun merupakan racikan dan kreasi kedua pemain.

Adingra menusuk dari sisi kanan pertahanan Nigeria untuk mengirimkan umpan tarik di depan mulut gawang Si Elang Super, yang disambut Haller dengan sontekan kaki kanan di bawah kawalan ketat bek tengah Nigeria William Troost-Ekong.

Peran Franck Kassie memang besar dalam menjaga asa Pantai Gading ketika gelandang ini membalaskan gol Troost-Ekong yang juga dari set-piece, sehingga kedudukan sama kuat 1-1.

Tetapi, adalah Haller yang membuat semuanya berubah. Dia menjadi ancaman konstan bagi lini pertahanan Nigeria seperti dia lakukan kala melawan Republik Demokratik Kongo dalam semifinal.

Haller tak menyerah membuat peluang sampai akhirnya menyambut bola kiriman Simon Adingra sembilan menit sebelum laga usai, yang mengantarkan Pantai Gading mencatat prestasi teramat manis pada pembuka tahun.

Haller dan pemain-pemain Pantai Gading telah melakukan hal yang sudah dilakukan skuad yang menjuarai Piala Afrika 2015 di Guinea Ekuatorial ketika mereka menjadi juara Afrika untuk kedua kalinya.

Serge Aurier dan Serge Wilfried Kanon adalah dua pemain Pantai Gading yang selain mengangkat trofi pada 2024, juga melakukannya pada 2015.

Mereka telah mencapai hal yang tak bisa dicapai oleh pesepak bola terbesar Pantai Gading dan Afrika, Didier Drogba.

Legenda klub sepak bola Chelsea di Liga Inggris itu adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Pantai Gading dan dua kali dinobatkan sebagai pemain terbaik Afrika pada 2006 dan 2009.

Tapi di panggung Afrika, prestasi tertinggi yang dicatat Drogba "hanya" runner up Piala Afrika 2006 dan 2012.

Perjalanan Drogba berbeda dengan Haller. Kedua pemain depan yang sama-sama bertubuh tinggi besar ini, bagai bumi dengan langit.

Drogba sudah 105 kali membela Pantai Gading dan menciptakan 65 gol, sedangkan Haller sudah mencetak 10 gol dari 26 penampilan bersama timnas negeri ini.

Perbedaan kontras lainnya di antara kedua pesepak bola hebat itu adalah asal mereka. Drogba lahir dan besar di Pantai Gading, sedangkan Haller lahir dan besar di Eropa.

Haller lahir di Prancis dan menempa karir sepak bola di Prancis, Jerman, Inggris dan Belanda, bahkan di tingkat junior dia masuk timnas Prancis. Baru pada 2020 dia dipanggil membela timnas Pantai Gading.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan