Air Mengalir Setinggi Atap Bersama Akar dan Batang Pohon Besar

BANJIR LAHARI DINGIN: Onggokan batu besar yang terbawa dari lereng gunung oleh derasnya banjir lahar dingin Gunung Marapi yang melanda Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (16/5/2024). FOTO: ANTARA/M RIEZKO BIMA E--

Sejak kejadian itu keluarga kecil ini terpaksa tinggal bersama ratusan warga lain di tenda posko pengungsian yang berjarak 3 kilometer dari desanya karena tidak ada pilihan lain.

Dari selasar berlumpur, tiba-tiba tangannya menunjuk ke belakang yang mengarah pada tumpukan tanah bekas rumah paman dan bibinya.

Rumah tersebut adalah tempatnya dibesarkan hingga dewasa dan memutuskan berkeluarga. Tapi kini telah hilang membawa serta kenangan berikut pemiliknya.

Sungguh hati pria ini penuh ketabahan menghadapi kenyataan. Dalam doanya berharap terus diberikan kesehatan, keselamatan sehingga bisa membesarkan anak-anaknya kelak dan semoga semua insan yang berpulang ke Rahmatullah diampuni dari segala dosanya.

Penanganan Darurat

Penderitaan Eko dan keluarganya adalah sepenggal kisah  yang juga dirasakan oleh ribuan orang korban banjir lahar dingin Gunung Marapi lainnya. Pemerintah  bergegas mengambil langkah cepat untuk meringankan beban para penyintas bencana alam ini.

Data pusat informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di posko utama tanggap darurat yang menempati gedung Istana Bung Hatta, Kota Bukittinggi, malam itu melaporkan setidaknya ada sebanyak 1.600 keluarga atau 3.650 jiwa yang mengalami dampak bencana.

Para penyintas bencana tersebut berasal dari lima kabupaten/kota yang dilanda banjir lahar dingin Gunung Marapi, yakni Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman, Kota Padang, dan Padang Panjang.

Tepat pukul 20.00 WIB atau beberapa saat setelah tim SAR gabungan mengakhiri operasi hari kelima, pusat informasi BNPB mencatat jumlah korban meninggal dunia sudah sebanyak 67 orang, atau bertambah sembilan orang yang sebelumnya dilaporkan hilang tapi berhasil ditemukan.

Korban hilang yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia tersebut salah satunya adalah Halimatu Sa'diyah, warga Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam. Jasadnya ditemukan sekitar 5 kilometer dari tempat dilaporkan hilang, Rabu, 15 Mei 2024 siang pukul 11.00 WIB.

Jumlah total korban hilang tersisa sekitar 20 orang. Keberadaan mereka saat ini masih ditelusuri oleh 300-an orang tim SAR gabungan yang terdiri dari personel Basarnas, TNI, Polri, BNPB, BPBD dan seterusnya.

Demikian pula proses penanganan terhadap sebanyak 44 orang korban yang mengalami luka-luka. Mereka dievakuasi ke sejumlah puskesmas - rumah sakit, di antaranya RSAM Bukittinggi, Yarsi Bukittinggi, RS Batusangkar dan RSUP M. Djamil Padang untuk mendapatkan penanganan medis.

Di tengah proses evakuasi berlangsung, Kepala BNPB Suharyanto memastikan semua kebutuhan pokok korban dan warga yang terdampak bencana di Ranah Minang -- sebutan untuk Sumatera Barat -- akan terpenuhi selama masa tanggap darurat yang diberlakukan hingga 14 hari ke depan terhitung sejak Senin, 13 Mei 2024.

Bahkan sehari setelah bencana terjadi, ratusan paket logistik mulai dari puluhan ton beras, makanan ringan, makanan bayi, pakaian, selimut, tenda, air bersih, hingga obat-obatan termasuk tenaga medisnya sudah dikirimkan ke posko darurat bencana yang ada di setiap kabupaten/kota terdampak.

Selain memastikan kebutuhan pokok masyarakat selama masa tanggap darurat terpenuhi maka pemerintah pusat, kementerian/lembaga dan unsur perangkat pemerintah daerah juga terus berjibaku melakukan normalisasi wilayah terdampak.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan