Pentingnya Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia dan Biofuel

Penyerahan cinderamata dari IPB ke UNJA dalam kegiatan workshop yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit --

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO- Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan kegiatan Workshop Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia dan Biofuel: Peluang dan Tantangan.

Kegiatan ini merupakan kegiatan tahun 2, dimana pada tahun pertama, yaitu tahun 2023,  SBRC IPB University dengan dukungan BPDPKS dan APOLIN telah sukses menyelenggarakan “Workshop Oleokimia dari Minyak Sawit: Potensi dan Tantangan” di 3 kota yaitu Bogor, Medan dan Balikpapan. Kegiatan tahun kedua pada tahun 2024 ini merupakan rangkaian dari kegiatan Workshop yang akan dilaksanakan di 5 kota yaitu Pontianak, Samarinda, Palembang, Jambi dan Padang.

BACA JUGA:64 Petani Sawit Dapat Pelatihan BPDPKS

BACA JUGA:108 Pekebun Sawit Dapat Pelatihan BPDPKS
Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Workshop, Prof. Dr. Erliza Hambali mengatakan, komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya.

Hilirisasi industri oleopangan, oleokimia dan bioenergi berbasis sawit merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses pengolahan agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

"Hal ini mengingat minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara.

Berdasarkan data Ditjenbun (2022), luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton. Kemenperin (2022) menyebutkan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi sebesar 3,5% terhadap PDB nasional.

Hingga saat ini, industri kelapa sawit dari sektor hulu sampai hilir mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang dan menghidupi lebih dari 21 juta jiwa," katanya saat membuka kegiatan workshop.

BACA JUGA:Soal Potensi Sawit Jambi, SAH Ingatkan Hilirisasi Sebagai Kunci Kemajuan Ekonomi

BACA JUGA:Pembangunan Infrastruktur Jalan di Desa Simbur Naik Tanjabtim Melalui Anggaran DBH Sawit
Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi jangka panjang Indonesia Maju 2045, yakni Indonesia menjadi negara maju pada 2045 atau tepat setelah 100 Tahun Kemerdekaan RI. 

Anugerah kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia, dalam hal ini kelapa sawit, tentunya perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan melalui hilirisasi. 

Manfaat kebijakan hilirisasi industri secara umum diantaranya meningkatkan nilai tambah, meningkatkan perekonomian, meningkatkan penerimaan negara, mensubstitusi barang impor, menarik investasi, menghasilkan devisa, hingga menyerap banyak tenaga kerja lokal. 

Adanya kebijakan nasional hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. 

Benefit lainnya yang diperoleh dari kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, oleokimia dan bahan bakar terbarukan, Penyedia bahan baku potesial untuk industri-industri.

Tag
Share