CANBERRA, JAMBIEKSPRES.CO-Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra baru saja menyelenggarakan kunjungan edukatif yang melibatkan 90 siswa dari Ngunawal Primary School.
Ini merupakan kali keempat di tahun 2024 KBRI membuka kesempatan bagi sekolah-sekolah Australia untuk mengenali dan belajar tentang budaya Indonesia.
Berbeda dari kunjungan sebelumnya yang hanya melibatkan 10 hingga 25 siswa, kali ini jumlah peserta mencapai rekor tertinggi.
Untuk memudahkan proses kunjungan, Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) membagi siswa ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama hadir pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 11.30, sementara kelompok kedua berkunjung pada sore hari, dari pukul 13.00 hingga 14.30.
Erin Gale, guru pendamping yang memimpin kunjungan ini, menjelaskan bahwa minat untuk mengunjungi KBRI sudah ada sejak dua bulan lalu.
“Setelah meneliti berbagai kedutaan negara tetangga, sekolah kami sepakat untuk memilih KBRI sebagai tempat yang kami kunjungi,” ungkap Erin.
Selama kunjungan, siswa mengikuti berbagai aktivitas yang menarik, seperti tur di Balai Wisata Budaya, workshop gamelan, tarian tradisional, serta sesi menyanyi lagu anak-anak Indonesia.
Kegiatan ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Balai Wisata Budaya dan Balai Kartini, dengan masing-masing sesi berlangsung selama 45 menit.
Antusiasme siswa terlihat jelas saat mereka mengikuti setiap kegiatan. Di Balai Wisata Budaya, Witari Nurfadillah, staf Atdikbud, mengenalkan mereka pada seni wayang kulit.
Beberapa siswa mendapatkan kesempatan untuk mencoba memainkan wayang, sementara di sesi berikutnya, semua siswa berpartisipasi dalam permainan gamelan.
Di Balai Kartini, siswa belajar tari tradisional yang dibimbing oleh mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Meskipun mereka hanya mempelajari lima gerakan tari Ronggeng Nyentrik, baik siswa maupun guru pendamping tampak sangat menikmati sesi ini. Selain itu, mereka juga diajarkan lagu-lagu anak, lengkap dengan gerakan yang menyenangkan.
Jena, salah satu guru yang hadir, mengungkapkan bahwa pengalaman ini mengingatkannya pada masa kecil saat belajar bahasa Indonesia.
“Saya sangat senang bisa ikut belajar dengan anak-anak hari ini,” ujarnya.