Dokter Osmi Samra berkisah, sebelum bergabung menjadi dokter di perkebunan kelapa sawit Astra Agro, dia adalah seorang dokter yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di sebuah Puskesmas di Provinsi Jambi.
Profesi dokter berstatus PNS ini kemudian membuat dirinya dan anak-anaknya harus terpisah jauh dengan suami tercinta, karena sang suami harus bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit milik Astra Agro yang saat itu berpindah-pindah dari satu area ke area lain.
Meskipun status PNS menjadi dambaan bagi sebagian orang, Osmi Samra yang saat itu harus menjalani statusnya sebagai pekerja sekaligus ibu rumah tangga seringkali merasakan kegalauan.
Apalagi tak jarang, sang anak yang kala itu masih sangat kecil, terus menanyakan keberadaan sang ayah dan membuat dirinya ingin terus berada di samping suami tercinta.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Di tahun 2005 lalu, ia mendapatkan tawaran bekerja oleh salah satu pimpinan di Astra Agro untuk menjadi dokter di poliklinik kebun. Ia pun bersedia. Kemudian, dia harus melepaskan statusnya sebagai dokter pegawai negeri sipil (PNS).
“Memang sempat dilema, tapi karena saya dan anak-anak ingin dekat dengan suami menjadi keluarga yang utuh, saya memilih meninggalkan status PNS untuk kemudian bekerja sebagai dokter di perkebunan sawit,” katanya.
Dokter Osmi melanjutkan, dulu awalnya tidak langsung di PT PLB Aceh, penempatan awal di Kalimantan karena suaminya pada saat itu juga masih ditempatkan disana.
Bagi dirinya, mewujudkan sebuah keluarga yang utuh tanpa harus berjarak dengan suami, adalah sebuah keharusan untuk mewujudkan keluarga yang bahagia.
Meski harus merantau jauh dari kampung halaman dari Sumatera Barat, dokter Osmi Samra mengakui bekerja di wilayah operasional perkebunan kelapa sawit memiliki tantangan tersendiri tapi tetap menyenangkan.
Misalnya, saat penempatan di Kalimantan beberapa waktu lalu, untuk bisa menempuh ke lokasi tempat kerjanya, dia harus menaiki speedboat berjam-jam lamanya. Belum lagi melayani masyarakat di wilayah yang jauh dari perkotaan. Meski tidak mudah ,namun ia berhasil bertahan hingga saat ini.
Tidak hanya mengobati, ia juga kerap memberi motivasi hidup sehat kepada pasien nya, agar masyarakat dapat hidup lebih sehat dan berkualitas.
Meski sekarang ia harus berjauhan dengan anak pertamanya, karena sedang menempuh pendidikan dokter di Pulau Jawa, baginya ini adalah hasil perjuangan yang tidak sia-sia. Bahkan ini menjadi bukti nyata bahwa anaknya ikut meneruskan profesi yang dijalaninya.
Menjadi Komite Gender
Kisah, tekad dan komitmen kemanusiaan dokter Osmi Samra, adalah salah satu motivasi bagi kaum perempuan di Nusantara, bahwa untuk mengabdi bagi masyarakat tidak harus bekerja di pusat kota atau di lokasi yang memadai dengan layanan akses publik yang lebih baik.
Sebagai salah seorang pekerja perempuan, dokter Osmi Samra menjadi panutan bagi kaum perempuan lain bahwa perempuan juga mampu memberikan kontribusi dan berkarya sesuai dengan perannya.
Ia sangat bersyukur dapat berada di lingkungan kerja yang menerapkan dan menciptakan kesetaraan dan inklusif bagi semua orang.