Maju sebagai Calon Wakil Bupati mendampingi Calon Bupati H Hurmin, pasangan ini berhasil menang dengan perolehan suara sebanyak 78.525 suara.
Mereka unggul telak atas pesaing terdekatnya, pasangan calon Hillal-Aang yang finish dengan perolehan suara 50.068. Menariknya, Hillal sendiri merupakan mantan Wakil Bupati Sarolangun yang sebelumnya mendampingi orang tua Gerry, Cek Endra.
Berbeda dengan Dillah yang sudah malang melintang di dunia perpolitikan di Provinsi Jambi, Gerry merupakan figur muda yang baru saja terjun ke panggung politik mengikuti jejak orang tuanya.
Diluar nama-nama ini, masih ada beberapa nama lain, namun mereka bukan merupakan putra atau putri mantan kepala daerah, tapi masih berkerabat dekat. Seperti Jumiwan Aguza di Pilkada Bungo yang notabenenya keponakan dari Bupati Bungo yang saat ini masih menjabat, Mashuri.
Kemudian ada nama Agus Rubiyanto yang menang di Pilkada Tebo. Ia merupakan kerabat dekat dari mantan Bupati Tebo dua periode, Sukandar. Agus Rubiyanto mengalahkan pasangan Aspan yang sebelumnya menjabat Pelaksana Tugas (Pj) Bupati Tebo.
Ada juga nama Jun Mahir, adik kandung mantan Bupati Muaro Jambi dua periode, Burhanuddin Mahir. Jun Mahir yang mendampingi Bambang Bayu Suseno (BBS) juga berhasil menjadi pemenang mengalahkan mantan Bupati Masnah Busro yang berpasangan dengan Zulkifli.
Pengamat politik Arfai mengatakan dalam pemenangan kontestasi politik setidaknya harus memiliki tiga modal yang harus terpenuhi dari figure yang bertarung. Ini menjadi penting untuk mengaktifkan mesin politik dalam mendulang suara besar.
Pertama adalah modal sosial dari kandidat yang bertarung. Dengan modal sosial yang kuat, maka kandidat tersebut akan lebih mudah diterima oleh masyarakat diakar rumput.
“Modal sosial ini berasal dari figure kandidat. Bila memiliki sosial yang kuat, itu menununjukkan dirinya memiliki kedekatan dengan masyarakat. Ini bisa membuat pemilih terikat kuat,” ujarnya.
Disamping modal sosial, Dosen Universitas Jambi (Unja) ini menyebutkan bahwa jaringan yang kuat dan mengakar. Jaringan yang kuat ini dimiliki melalui akses politik yang sudah dibangun sejak lama.
“Artinya, ia bisa mengaktifkan jaringan itu ketika akan bertarung,” sebutnya.
Selanjutnya yang ketiga adalah modal kapital atau logistik. Karena dalam pertarungan jangka panjang kekuatan lagistik akan diuji betul sehingga mesin politik bisa betul-betul maksimal. “Yang terakhir adalah modal logistik. Ini menjadi poin yang tidak kalah penting untuk menggerakkan mesin politik,” sebutnya.
Dalam konteks pertarungan Pilkada 2024, kandidat yang merupakan anak dari mantan kepala daerah ini sudah memiliki sebagian besar dari modal itu. Misalnya Dillah yang memiliki modal sosial yang cukup kuat. Terlebih lagi dirinya memiliki pengaruh dalam pertarungan Pileg 2024 kemarin.
“Dillah juga memiliki jaringan. Selain Karena pernah bertarung, jaringan yang pernah dibangun Abdullah Hick menjadi modal pendukung yang harus diperhitungkan,” sebutnya.
Tentu terkahir adalah modal kapital. Dirinya menilai Dillah memiliki cukup modal tersebut karena pernah memiliki pengalaman dalam pertarungan sebelumnya. “Saya pikir hampir sama dengan Kerinci dan Sarolangun. Monadi memiliki modal yang sama. Ia juga pernah bertarung di Pilkada sebelumnya,” sebutnya.
Bagaimana dengan Gerry Trisatwika? Arfai mengatakan bahwa Gery juga memiliki kekuatan politik yang besar. Terlebih peranan Cek Endra (CE) tentu memberikan pengaruh dalam pemenangan Pilkada Merangin. “Kita tau pak CE itu adalah mantan Bupati Sarolangun. Ia juga anggota DPR RI terpilih. Tentu jaringannya untuk memenangkan Gerry lebih mudah,” pungkasnya. (*)