Konflik Manusia dan Gajah di Bentang Alam Bukit Tigapuluh, Mencari Solusi Melalui Tata Ruang dan Konservasi

Senin 23 Dec 2024 - 21:26 WIB
Reporter : Muhammad Akta
Editor : Muhammad Akta

Forum juga menekankan pentingnya penyadaran masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar jalur migrasi gajah.

Sosialisasi ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai jalur migrasi gajah dan pentingnya pelestarian ekosistem.

Tata Ruang dan Kolaborasi Antar Pihak

Sejak pembentukan kawasan ekosistem esensial di Bentang Alam Bukit Tigapuluh pada 2022, pengelolaan kawasan ini terus berkembang berdasarkan regulasi baru, termasuk Undang-Undang Nomor 32.

Meskipun masih dalam tahap sosialisasi dan implementasi, regulasi ini memberikan cakupan yang lebih luas dibandingkan aturan sebelumnya.

Koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dan pusat sangat dibutuhkan untuk menyusun kebijakan tata ruang yang dapat meminimalkan konflik antara manusia dan gajah.

Dengan adanya kolaborasi semua pihak, diharapkan keseimbangan antara konservasi dan pembangunan ekonomi dapat tercapai, sehingga konflik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan sepenuhnya.

BACA JUGA:Pasca Masuk Pemukiman dan Menewaskan Warga, BKSDA Giring Gajah Masuk ke Dalam Hutan

BACA JUGA:Diinjak Gajah, Pria Paruh Baya di Tebo Tewas

Saat ini, jumlah gajah di Bentang Alam Bukit Tigapuluh diperkirakan sekitar 120-140 ekor yang terbagi dalam 21 kelompok, dengan lima kelompok utama, seperti kelompok Ginting, Cinta, dan Queen, menjadi fokus perhatian.

Gajah Masuki Kebun, Warga Semambu Resah

Konflik antara manusia dan gajah juga terjadi di beberapa desa di Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo.

Gajah liar sering merusak kebun sawit warga dan mengancam keselamatan mereka. Dalam tiga tahun terakhir, konflik ini semakin sering terjadi, diduga akibat habitat gajah yang semakin terdesak.

Kepala Desa Semambu Kecamatan Sumay, Heriantoni, mengatakan bahwa gajah sering memasuki desa karena kekurangan makanan akibat pembukaan lahan yang merusak hutan sebagai habitat alami mereka.

"Hutan yang menjadi habitat mereka habis akibat pembukaan lahan, baik oleh masyarakat maupun perusahaan besar," ujarnya.

Kerugian material pun tidak terelakkan. Tanaman sawit yang menjadi sumber penghasilan utama warga habis dimakan gajah.

Kategori :