Mia kemudian meneruskan pendidikannya untuk mendapat gelar magister hukum. Berikutnya pada 2012 ia meraih gelar doktor bidang ilmu hukum di Universitas Padjadjaran.
Sejak itu ia menjadi jaksa yang ditugaskan berpindah-pindah tempat di wilayah Indonesia. Beberapa jabatan di posisi strategis pernah disandangnya.
Sebelum sebagai orang nomor satu lingkungan kejaksaan di Jatim, Mia adalah Kajati Riau. Beberapa jabatan sebelumnya, antara lain Asisten Pengawasan Kejati Kepulauan Riau, pernah juga Koordinator Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.
Mia Amiati juga pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Pengamanan Pembangunan Strategis pada Jaksa Agung Muda Intelijen (JAMIntel).
Figur seorang Mia Amiati sebagai pejabat di lingkungan kejaksaan memang tak bisa dipandang remeh. Apalagi Mia juga dikenal sebagai akademisi bidang keilmuan hukum yang produktif.
Di sisi lain, sebagai istri seorang dokter, Mia juga harus bertindak sebagai ibu yang merawat anak-anaknya. Meski terpisah jarak karena perbedaan kota tempat tinggal, namun itu tak dijadikan alasan untuk tidak bersikap layaknya seorang ibu.
Perempuan berhijab itu merasa bersyukur adanya teknologi gawai zaman sekarang. Hanya dengan fitur video call, ia bisa setiap saat berinteraksi dengan anaknya.
Setiap pukul 05.00 WIB, ia menelepon anaknya untuk mengingatkan ibadah Shalat Shubuh. Kemudian, sebelum berangkat sekolah menjadi rutinitas wajib kembali video call, meski sekadar mengecek kesiapan anaknya menempuh pendidikan.
"Setiap malam wali kelas anak saya selalu share apa saja yang dibawa keesokan harinya di sekolah. Nah, setiap pagi itu saya cek lewat video call, sudah terbawa semua atau belum perlengkapannya," tutur Mia.
Yang menarik, Mia memiliki hobi dan kesukaan di bidang tulis menulis. Berbagai karya dalam bentuk tulisan telah dihasilkan, baik dalam bentuk buku maupun artikel populer melalui media massa tingkat regional dan nasional.
"Sayang kalau setiap momentum dilewatkan begitu saja tanpa ditulis. Ide-ide muncul dari mana saja, termasuk saat di perjalanan. Saya suka menulis dan menjadi kegemaran sejak dulu," ujarnya.
Tantangan di Jatim
Sebagai orang nomor satu di lingkungan kejaksaan di Jawa Timur, tentu menjadi suatu pekerjaan yang memang tidak mudah. Diakuinya, menjalankan amanah sebagai Kajati Jatim tidak selalu mulus, sesuai yang direncanakan.
Apalagi Jatim tak hanya dilihat sebagai barometer Nasional, tapi juga memiliki 38 kabupaten/kota yang berarti juga membawahi puluhan kejaksaan negeri.
Suatu tantangan yang luar biasa, apalagi setiap kepala kejari (kajari) memiliki sifat yang berbeda-beda. Tapi, menjelang dua tahun kepemimpinannya sebagai Kajati Jatim, Mia mampu membuktikan bahwa ia mampu memimpin, membimbing serta mengendalikannya.
Sekali setiap pekan, Kajati selalu menyempatkan diri berdiskusi dengan para kajari melalui virtual atau zoom meeting.