Kanker Bukan Akhir Dari Segalanya

CERIA: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) bertepuk tangan mengiringi sejumlah anak yang menderita kanker yang bernyanyi di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, Kamis (20/2/2025). FOTO : ANTARA/MECCA YUMNA--

Kanker adalah penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia. Penyakit ini menguras kantong dan mental, karena begitu mahal dan lama pengobatannya.

Menurut Budi Gunadi, berdasarkan data Globocan 2022, Indonesia mencatat lebih dari 408.661 kasus baru kanker dan hampir 242.099 kematian akibat kanker. Sementara itu, kasus kanker anak juga menjadi perhatian utama, di mana pada tahun 2020, terdapat sekitar 11.156 kasus baru kanker pada anak usia 0-19 tahun.

Adapun leukemia menjadi jenis kanker paling banyak diderita anak-anak dengan 3.880 kasus (34,8 persen), diikuti oleh kanker getah bening (limfoma) dan kanker otak, masing-masing dengan sekitar 640 kasus (5,7 persen).

Mengapa kasusnya bisa sedemikian rupa? Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Siti Nadia Tarmizi, hal itu terjadi karena kanker pada anak sulit dikenali, gejalanya mirip penyakit lain. Padahal, deteksi dini jadi yang paling utama dalam menangani penyakit ini.

Nadia mencontohkan sejumlah kanker anak yang tingkat kesembuhannya tinggi dengan lima tahun terapi, yakni leukemia limfobiastik akut sebesar 86 persen, limfoma Hodgkin sebesar 95 persen, dan retinoblastoma sebesar 96 persen.

Terbatasnya layanan deteksi dini di fasilitas kesehatan primer, kader kesehatan dan orang tua yang belum mendapatkan edukasi dan pemahaman tentang kanker dan gejalanya, serta sistem pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional yang belum mendukung, menjadi sejumlah tantangan yang signifikan.

Sementara itu, sesuai dengan kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), formulasi yang digunakan adalah CURE for ALL, yang terdiri dari Center of excellence (pusat keunggulan), Universal Health Coverage (jaminan kesehatan semesta), Regimen for treatment (regimen perawatan), Evaluation and monitoring (evaluasi dan pemantauan).

Kemudian, Advocacy (advokasi), Leveraging Financing (meningkatkan pendanaan), serta Linked Policy/Document.

Menjemput Harapan

Dari kelima pilar transformasi kesehatan, setidaknya ada tiga yang membutuhkan peran pusat keunggulan, yakni transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, dan transformasi SDM kesehatan.

Oleh karena itu, Kemenkes menetapkan 15 rumah sakit vertikal yang paripurna sebagai rumah sakit rujukan, 13 di antaranya didesain sebagai pusat keunggulan yang melayani hematologi dan onkologi anak. Rumah sakit Utama dan Madya turut memperluas layanan ini, meski dengan skala lebih kecil.

"Beberapa rumah sakit khusus nasional secara aktif menangani anak-anak dengan kanker tertentu sesuai spesialisasi rumah sakit tersebut," kata Nadia. Namun, di antara 13 RS tersebut, hanya empat yang memiliki bangsal khusus kanker anak.

Sumber daya manusia juga ditingkatkan guna mendukung penanganan penyakit ini. Fokus peningkatan kapasitas rumah sakit agar mampu melayani kanker anak sesuai strata layanan, dan jumlah rumah sakit rujukan telah ditingkatkan meskipun masih terbatas.

Soal sumber daya manusia, masih terdapat kesenjangan dalam jumlah tenaga medis secara nasional. Hanya 17 dari 38 provinsi yang memiliki layanan hematologi onkologi anak. Selain itu, perlu juga pemenuhan dokter umum guna mendukung deteksi dini kanker, serta rendahnya minat untuk melanjutkan Pendidikan Subspesialis Hematologi-Onkologi Pediatri.

Oleh karena itu, Kemenkes membuat perencanaan SDM dan infrastruktur layanan kanker, peningkatan jumlah tenaga medis dan pendidikan seperti melalui program Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), transformasi Politeknik Kesehatan Kemenkes, pemberian beasiswa, serta insentif bagi tenaga medis untuk meningkatkan retensi dan distribusi tenaga ahli di daerah yang membutuhkan.

Tag
Share