Melistriki Kabupaten Keerom di Perbatasan RI-PNG
Listrik adalah sumber energi yang penting dalam kehidupan manusia. Energi listrik sangat bermanfaat untuk mendukung kegiatan sehari-hari, seperti sebagai sumber panas, penghasil gerak, media pengobatan, penghasil suara dan sebagai sumber penerangan.
TANPA listrik, masyarakat akan banyak kesulitan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari.
Untuk itu, perusahaan listrik negara PT PLN (Persero) bersama Pemerintah Provinsi Papua terus melakukan berbagai upaya dalam melistriki daerah tersebut, bahkan hingga ke pelosok termasuk di wilayah perbatasan Republik Indonesia (RI) – Papua Nugini (PNG).
Pada Mei 2024, PLN bersama pemerintah berhasil melistriki lima kampung di wilayah perbatasan RI-PNG yakni Banda,Pund dan Ampas, Distrik Waris, lalu Kampung Skofro dan Kampung Uskuwar Distrik Manem, Kabupaten Keerom, Papua.
Kabupaten Keerom terdiri atas 11 distrik dan 91 kampung dengan luas wilayah 8.390,00 km serta jumlah penduduk saat ini sebanyak 67.864 jiwa.
Di Kabupaten Keerom terdapat satu distrik yang wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga PNG , yakni Distrik Waris.
Distrik Waris merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan PNG dan dapat dilalui jalur darat, sehingga mayoritas warga di wilayah tersebut merupakan campuran, ada penduduk asli Keerom dan PNG.
Untuk menuju daerah tersebut dari Kota Jayapura harus menempuh perjalanan selama kurang 3,5 jam dengan melewati jalan berkelok, menanjak serta menerobos arus sungai.
“Listrik sudah masuk rasanya kami belum percaya," kata Mama Agustina Amo yang merupakan salah satu warga dari Kampung Pund.
Mama Agustina merupakan orang asli kampung tersebut sehingga ia cukup mengetahui bagaimana setiap perkembangan yang ada di daerahnya.
“Memang, waktu itu listrik sempat ada, namun hanya beroperasi pada siang hari sedangkan malam gensetnya mati maka aktivitas malam hari hanya di rumah saja,” ungkap mama yang telah berumur 50 tahun.
Pada malam hari biasanya para warga menggunakan pelita, obor atau bahkan tidak menyala sama sekali. Jika malam tiba, warga lebih banyak berdiam diri di rumah, menemani anak-anak belajar menggunakan pelita atau obor.
Menjelang sore warga bersama keluarga yang lain biasanya bersiap-siap untuk memasak dan kemudian memberesi rumah.