Aktivitas Hidup Kembali
Namun, sejak ada listrik pada Mei 2024, lima kampung tersebut menjadi terang sehingga aktivitas malam hari menjadi lebih hidup karena interaksi antarwarga semakin kuat.
Setiap rumah sudah terpasang instalasi listrik. Setiap teras rumah warga telah ada bolam lampu yang terpasang. Bahkan, ada juga rumah yang membuka usaha kelontong di malam hari.
Kehadiran penerangan di wilayah kampung tapal batas ini memang menjadi kerinduan sejak lama masyarakat setempat. Namun, karena kondisi geografis yang medan agak sulit, maka pelayanan listrik baru masuk pada 2024.
“Sekarang saya sudah tidak susah lagi dalam belajar karena rumah telah terang,” kata Stevania Amo yang kini duduk di Kelas 7 SMP Negeri 1 Waris.
Dulu, sebelum ada listrik masuk ke daerahnya, aktivitas malam hari warga lebih banyak berdiam diri di rumah atau tidur.
Hal yang sama juga dirasakan masyarakat di Kampung Banda. Mereka juga baru menikmati listrik pada Mei 2024.
“Kami di sini ada 107 KK. Semua itu warga campuran, ada yang penduduk asli Banda, Keerom serta dari PNG, karena untuk menuju ke wilayah perbatasan PNG hanya berjalan kaki,” kata Kepala Kampung Banda, Jhon May. Mata pencarian warga Kampung Banda adalah bertani dan nelayan.
Karena dekatnya daerah perbatasan ini dengan PNG, maka ketika ada kunjungan Paus Fransiskus di Vanimo, banyak warga setempat yang ikut beribadah ke daerah tersebut.
Dengan masuknya fasilitas listrik, masyarakat di lima kampung daerah perbatasan tersebut kini mulai membuka usaha lainnya selain mata pencarian sehari-hari. Ada yang membuka kios, berjualan di depan rumah. Mereka di antaranya berjualan es batu, dan ke depan akan berjualan produksi biji kakao karena banyak masyarakat merupakan petani kakao.
Listrik 24 Jam
Untuk membangun sistem kelistrikan di lima kampung tersebut diakui tidak mudah. Jajaran PT PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat (UIWP2B) harus melewati medan yang sulit, harus naik turun gunung menggunakan jalur darat.
PT PLN kini telah menghadirkan listrik selama 24 jam penuh untuk lima kampung di Kabupaten Keerom, Papua.
Manager Unit Layanan Pelanggan PLN Arso, Ham Steven Maryen mengatakan tersedianya aliran listrik nonstop tersebut untuk mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh masyarakat di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar.
Demi bisa melistriki lima kampung tersebut, PLN membangun jaringan tegangan menengah sepanjang 28,75 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 17,51 kms dan 11 unit gardu distribusi dengan total kapasitas 575 kVA guna melistriki 5 kampung tersebut.
Kini, sebanyak 13 fasilitas umum telah merasakan pelayanan listrik dengan daya 900 VA. PLN siap melayani kebutuhan listrik 358 calon pelanggan di lima kampung tersebut, karena jaringan kelistrikan sudah siap.