LITERASI DAN NUMERASI SEBAGAI FONDASI HIDUP (Sebuah Catatan Realita Kehidupan dan Pendidikan)

Senin 25 Nov 2024 - 20:00 WIB
Oleh: Muhammad Akta

Oleh : Yusriwiati Yose

DI sebuah sekolah dasar di negara bagian Ohio, Amerika Serikat, pada pertengahan era 1800an, seorang anak terpaksa harus dikeluarkan dari sekolah karena tidak bisa membaca. Si anak juga dianggap sulit beradaptasi dalam mengikuti pelajaran. Hal ini turut menjadi penyumbang alasan untuk mengeluarkannya dari sekolah.

Ya, si anak itu adalah Thomas Alva Edison. Dan siapa sangka, dia di kemudian hari menjadi seorang penemu hebat dan pemegang lebih dari 1.000 paten.

Beranjak dari kisah Thomas Alva Edison, sebuah kisah yang kurang lebih serupa terulang setelah sekitar 170 tahun dari kejadian yang dialami si penemu saat kecil. Kali ini tidak terjadi di Amerika Serikat, namun di sebuah sekolah dasar di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Bedanya, para murid yang tidak bisa membaca tidak serta-merta dikeluarkan sebagaimana yang dialami oleh si penemu. Justru, para guru di wilayah ini mencoba untuk mencari jalan keluar agar para murid bisa memperoleh pengetahuan literasi dan numerasi yang memadai.

Fenomena murid belum bisa membaca belakangan ini cukup banyak ditemukan.Tak hanya di Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tebo, tetapi juga hampir di semua daerah dengan berbagai kategori.Mulai dari tidak mengenal huruf, kesulitan merangkai huruf menjadi kata, mengenal kata tapi belum bisa merangkai kalimat, dan seterusnya. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan dalam memaknai kata dalam sebuah kalimat.

Kemampuan literasi anak biasanya akan sejalan dengan kemampuan numerasi. Jika kemampuan dalam membaca kurang, kemampuan dalam menganalisis data yang terdiri dari angka-angka juga akan lemah. Padahal kedua keterampilan tersebut merupakan hal yang fundamentaldan dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan. 

Kemampuan individu dalam memahami dan menggunakan informasi tidak hanya terbatas pada literasi tradisional, tetapi juga membutuhkan pemahaman yang kuat terhadap angka dan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. 

Literasi dan numerasi adalah dua pilar penting yang saling melengkapi, membentuk landasan keterampilan yang krusial dalam menghadapi tuntutan masyarakat yang semakin kompleks. 

Literasi mengacu pada kemampuan untuk membaca, menulis, dan memahami informasi, sedangkan numerasi melibatkan kemampuan untuk memahami, menerapkan, dan berpikir tentang angka serta konsep matematika dalam berbagai konteks. 

Keterampilan literasi dan numerasi membantu individu dalam memahami dan menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam bentuk angka, grafik, tabel, atau pernyataan matematis, sehingga bisa mengambil keputusan dengan baik atas  masalah sehari-hari.

Literasi Numerasi danEfek Matthew

Namun demikian, ada sejumlah hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan literasi dan numerasi ini. Anak yang lamban membaca pada kelas awal, akan mengalami kegagalan pada kelas-kelas berikutnya. Bahkan kondisinya akan semakin parah. Dan hal ini dikenal dengan istilah ‘Efek Matthew’. 

Efek Matthew mengacu pada pola di mana mereka yang berkesempatan mengumpulkan lebih banyak keuntungan di awal, akan mendapatkan keuntungan lebih besar di waktu selanjutnya. Pun sebaliknya, mereka yang awalnya tidak beruntung menjadi lebih tidak beruntung dari waktu ke waktu (Dannefer, 1987; O'Rand, 1996).

Hasilnya adalah kesenjangan yang semakin melebar antara yang diuntungkan dan yang tidak beruntung. Hal ini dapat diartikan bahwa, anak yang lamban membaca pada kelas awal akan mengalami kegagalan yang semakin parah pada kelas-kelas berikutnya.

Kategori :