Masyarakat Dusun Pelita Jaya umumnya bekerja sebagai nelayan. Mayoritas warga di Dusun ini berasal dari Sulawesi Tenggara, yang sudah bermukim di sana turun-temurun sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu.
Dusun Pelita Jaya seolah menjadi tempat persinggahan sementara bagi siapa pun yang ingin melancong ke Pulau Osi. Apalagi di dusun ini terdapat dua penginapan dengan harga terjangkau.
Bagi wisatawan backpacker, Dusun Pelita Jaya bisa menjadi alternatif untuk menghemat biaya di Pulau Osi karena harga penginapan di dusun ini lebih terjangkau dibandingkan harga menginap di resor Pulau Osi.
Dari Dusun Pelita Jaya, hanya dibutuhkan waktu 10 menit untuk sampai ke spot ekowisata Pulau Osi dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Dusun Pelita Jaya dan spot ekowisata Pulau Osi dihubungkan dengan sebuah gapura dengan jembatan kayu sepanjang 1 kilometer. Dari gapura itu tersusun rapi sebuah jembatan kayu selebar 2,5 meter menuju rumah-rumah panggung di Pulau Osi.
Bagi pengendara roda dua, mereka bisa langsung menuju ke rumah-rumah panggung di atas air laut tersebut. Namun bagi mereka yang datang dengan mobil, warga setempat menyediakan jasa angkutan ojek untuk mengantarkan mereka.
Seorang pria tua yang akrab disapa La Samadu oleh warga setempat terlihat siap menunggu kedatangan wisatawan. Bukan untuk apa-apa, namun tidak ada wisatawan yang bisa masuk ke spot ekowisata Pulau Osi tanpa melewati La Samadu.
Sebagai penjaga portal menuju Pulau Osi, La Samadu memang mengutip uang masuk.
Kalau mobil belum bisa masuk. Jadi hanya untuk motor dan pejalan kaki. Uangnya kami gunakan untuk rehab jembatan. Jembatannya kan sudah dua kali rehab ini,” ujarnya.
Uang yang ia peroleh dari menjaga portal jembatan diserahkan ke kas Dusun Pulau Osi untuk perbaikan jembatan.
“Kalau ada kayu yang rusak, saya bilang Kepala Dusun untuk beli kayu. Nanti saya yang pantau kalau ada jembatan rusak, sekalian saya juga yang perbaiki,” katanya.
Sepanjang jembatan kayu yang dilewati, rimbunnya tanaman bakau atau mangrove seolah menjadi labirin penunjuk arah menuju keindahan tiada tara.
Memberikan kesejukan tersendiri bagi wisatawan yang melewatinya. Rugi rasanya jika tak mengabadikan momen di jembatan itu.
Sampai di Pulau Osi, kondisi lelah dan letih yang dialami siapa pun akan terbayarkan. Hamparan laut tenang yang memantulkan warna hijau kebiruan seolah memberikan nuansa bening bagi yang melihatnya.
Tak perlu berenang jika ingin melihat ikan-ikan dan biota laut seperti rumput laut, terumbu karang, hingga bintang laut di perairan Pulau Osi. Dengan mata telanjang sekelompok ikan, yang biasanya menjadi hiasan akuarium, gerakan berenang ikan seolah tarian menyambut wisatawan yang datang.
Tak terdengar deburan ombak, namun kicau burung jadi instrumen penenang suasana di Pulau Osi.