Inverter dibutuhkan untuk mengubah arus listrik dari panel surya menjadi arus listrik alternating current (AC). Secara teknis, agar dapat mengalirkan energi listrik, inverter mengubah listrik yang dihasilkan oleh panel surya dari arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC), kemudian energi listrik dihubungkan ke "powerhouse control building". Selanjutnya, dari "powerhouse control building", listrik disalurkan ke IKN.
Proyek senilai 64 juta dolar AS itu merupakan hasil kolaborasi antara PT PLN Nusantara Renewables dengan Sembcorp Utilities PTe. Ltd., sebuah perusahaan energi asal Singapura.
PLTS IKN menjadi proyek yang digarap melalui skema proyek bersama (joint venture).
Kepemilikan saham dalam proyek PLTS IKN dibagi sebesar 51 persen untuk PLN Nusantara Renewables dan 49 persen untuk Sembcorp. Kedua belah pihak memiliki peran penting dalam membangun infrastruktur yang akan mengubah konsep energi menjadi lebih ramah lingkungan.
Sumber Energi IKN
Pembangunan IKN tak hanya merupakan sebuah proyek infrastruktur, melainkan juga langkah nyata Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim global. Dengan target menjadi kota netral karbon (net zero emission) pada tahun 2060, IKN memegang peranan penting dalam mewujudkan visi ini.
Oleh karena itu, Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menekankan pentingnya penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam mendukung konsep kota cerdas yang ramah lingkungan (smart city green city).
PLTS bisa jadi solusi paling efektif untuk mewujudkan target tersebut. PLTS dapat memanfaatkan energi sang surya yang "gratis", serta tidak membutuhkan lahan terlalu besar.
OIKN optimistis bahwa pemanfaatan penuh tenaga surya sebagai sumber energi listrik utama perkotaan bakal terwujud sesuai cetak biru kota cerdas Nusantara, namun penerapannya memang membutuhkan proses panjang.
Berdasarkan pengamatan ANTARA, hingga saat ini pembangunan IKN sendiri masih sejalur dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau, mulai dari pembangunan gedung cerdas yang menghasilkan efisiensi energi dan air, sistem transportasi dan mobilitas cerdas, hingga penggunaan EBT.
Guna menerapkan EBT secara penuh, PLTS akan menjadi sumber energi utama bagi IKN untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK).
Dengan demikian, pembangunan Nusantara dapat menghadirkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Ini merupakan langkah besar bagi Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Arah pembangunan IKN juga selaras dengan "Kesepakatan Paris 2015" saat Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP 21) yang membatasi kenaikan suhu sampai 1,5 derajat Celcius. Salah satu rekomendasinya adalah melalui transisi energi guna mengejar target emisi nol karbon.
Dalam dokumen "Nationally Determined Contribution (NDC) 2022", Indonesia turut berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan dapat mencapai 43,20 persen pada 2030 dengan dukungan internasional.
Di lain pihak, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI (ESDM) telah menetapkan target bauran kebijakan EBT sebesar 23 persen pada 2025.
OIKN juga menyampaikan arah pembangunan IKN tetap akan menggunakan EBT, tanpa tenaga fosil. Hal itu karena sedari awal, ibu kota baru negara ini ditetapkan dengan konsep hijau, membangun lingkungan, sekaligus mengembalikan kejayaan hutan tropis Indonesia.