Disinilah Tempat Merenung dan Menggali Dasar Negara Hingga Lahirlah Pancasila

Selasa 16 Jul 2024 - 18:52 WIB
Editor : Adriansyah

Menelusuri Jejak Bung Karno di Ende

Berkunjung ke Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, kurang lengkap rasanya jika belum mengunjungi rumah pengasingan Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno. Ende dan Bung Karno merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan.

---

TAK heran, karena Ende merupakan tempat pengasingan Bung Karno mulai 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Ende juga tak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. Di Ende, yang masyarakatnya multikultural, lahirlah Pancasila yang menjadi dasar negara.

Berbeda dengan tahanan politik pada masa itu, yang dibuang ke Boven Digoel, Belanda sengaja mengasingkan Bung Karno ke Ende, terpisah jauh dari sahabat dan pendukung Bung Karno.

Akan tetapi siapa nyana, masa-masa pengasingan tersebut justru memberikan kesempatan bagi Bung Karno untuk merenung dan menggali dasar negara hingga lahirlah Pancasila. Masa-masa pengasingan  memberikan kesempatan bagi Bung Karno untuk berdialog lintas agama termasuk dengan dengan Pastor Paroki Ende Gerardus Huijtink.

BACA JUGA:Aunty Kangen Gala

BACA JUGA:Komitmen Pemerintah Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Tak sulit menemukan rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga itu, hanya berjarak 2,6 kilometer atau hanya tiga menit berkendara dari Bandara H Hasan Aroeboesman. Rumah pengasingan tersebut merupakan milik Haji Abdullah Ambuwaru yang dipinjamkan ke Bung Karno saat masa pengasingan.

“Rumah ini dibangun pada 1927 dan (saat ini) masih seperti sedia kala,” ujar Juru Pelihara Rumah Pengasingan Bung Karno, Syafruddin, saat ditemui di Ende, beberapa waktu lalu.

Saat diasingkan, Bung Karno membawa serta istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi;  dan anak angkatnya, Ratna Juami. Rumah yang memiliki tiga kamar tersebut masih terawat dengan baik hingga kini. Satu kamar digunakan untuk Bung Karno dan istri, dan satu kamar lagi digunakan Ibu Amsi dan Ratna Juami.

Sementara, kamar lainnya yang terletak terpisah di belakang rumah, digunakan Bung Karno untuk beribadah dan semedi. Di belakang rumah juga terdapat sumur yang masih digunakan hingga kini.

Di dalam rumah yang sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berperingkat nasional dengan Surat Keputusan Nomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014 tersebut, pengunjung dapat menjumpai sejumlah barang koleksi, di antaranya biola yang biasa digunakan Bung Karno.

Meski sudah lapuk termakan usia, alat musik gesek tersebut tersimpan di pajangan kaca bersama dengan kaki meja. Kemudian kursi dan meja tamu, surat keterangan nikah, tongkat Bung Karno, hingga tempat tidur yang digunakan selama masa pengasingan. Bahkan beberapa karya lukis Bung Karno pun masih dipajang di dinding rumah.

Selain itu, juga dapat dijumpai dua tongkat kayu yang digunakan Bung Karno di rumah pengasingan tersebut. Satu tongkat dengan gagang polos dan satu tongkat dengan gagang berbentuk monyet.

Kategori :