Rumah Tempat Belajar Bahasa dan Logika
Gamaliel Septian Airlanda, Dosen UKSW--
Pandangan ini sekaligus memberi peluang bahwa pendidikan di rumah melalui pola penggunaan bahasa adalah cara membangun rasa ingin tahu yang tinggi. Prinsip ini sesuai dengan tahapan pertama home science process skills, yaitu cari atau searching. Jika gaya bahasa ini diarahkan dengan baik, maka kualitas komunikasi untuk pendidikan Indonesia dapat meningkat.
Analisis Perbandingan yang Efektif
Penggunaan used to pada sebuah kalimat juga mendeskripsikan sesuatu yang telah menjadi kebiasaan seseorang di masa lalu yang kontras dengan kebiasaan masa kini. Contoh kalimat: “She used to sing in the bathroom”, secara langsung menjelaskan bahwa menyanyi di kamar mandi adalah kebiasaan masa lalu yang berulang-ulang terjadi.
Namun, dalam konteks bahasa Indonesia, kalimat: “Dia tidak lagi menyanyi di kamar mandi.” belum tentu dipahami dengan sebuah kebiasaan di masa lalu. Biasanya penutur bahasa Indonesia akan menambahkan keterangan berupa kalimat pelengkap. Jika penjelasan sebelumnya bahasa Indonesia punya kelebihan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, maka pada bagian ini kita perlu belajar dari efektivitas pesan dalam bahasa Inggris. Satu kalimat mampu secara efektif menjelaskan sebuah analisis perbandingan.
Efektifitas penggunaan bahasa sebagai wujud nyata dari logika berpikir sangatlah penting di dunia modern. Perubahan yang terjadi begitu cepat di seluruh aspek kehidupan memaksa kita untuk tidak terlalu banyak bercerita atau bicara.
Jika diterapkan dalam dunia pendidikan, bagian ini sesuai dengan tahapan kelima dari home science process skills yaitu Cerita atau communicating. Latihan untuk menggunakan pola komunikasi efektif adalah situasi yang perlu dirancang pendidik untuk siswa Indonesia.
Kejelasan Makna
Seorang penutur yang menggunakan used to pada kalimatnya akan secara lugas telah menyatakan bahwa kondisi tersebut telah selesai dan berakhir di masa lalu. Kalimat “She used to sing in the bathroom” dengan pasti menjelaskan bahwa kejadian ini selesai di masa lalu. Bahkan bukan menjadi kepentingan penutur apakah subjeknya sedang mandi atau tidak.
Tetapi konteks bahasa Indonesia di rumah: “Dia tidak lagi menyanyi di kamar mandi.” bisa dipastikan kalimat ini akan berkembang lebih luas jika tidak disertai kalimat pelengkap. Penerima informasi dalam bahasa Indonesia akan punya pikiran yang beragam, seperti: mungkin saat ini dia sedang mandi dan berhenti bernyanyi, mungkin dia sudah berhenti bernyanyi karena sudah selesai mandi, mungkin dia tidak menyanyi karena sakit, mungkin dia tidak di kamar mandi. Masih banyak lagi kemungkinan ambigu yang muncul dari satu kalimat yang sama. Tingkat kejelasan maknanya menjadi rendah tanpa kalimat pelengkap.
Konsep kejelasan makna menjadi ciri khas seseorang membangun logika berpikirnya. Memperbanyak kemungkinan makna adalah sesuatu yang bagus jika diterapkan saat penggalian ide. Kontras dari kondisi tersebut, terlalu beragamnya makna kalimat akan menimbulkan hoax.
Penjelasan ini berkaitan dengan rasa ingin tahu serta efektifitas penggunaan bahasa yang perlu dikolaborasikan untuk mendapatkan kejelasan makna. Hal ini penting demi membangun logika belajar yang terarah. Dengan demikian, kita tidak mudah bingung dengan derasnya informasi verbal yang terjadi di lingkungan sekitar.
Ketiga perbandingan makna penggunaan used to dalam Inggris sangatlah unik dilihat dari kacamata bahasa Indonesia. Kita dapat belajar dari mana saja, kapan saja dan dalam konteks apa saja. Kebiasaan bertutur kata ditinjau dari berbagai sisi, membuat kita berpikir untuk dapat meningkatkan kualitas diri dalam menghadapi derasnya persaingan global. Pendidikan Indonesia harus disiapkan sejak dini dengan mengembangkan bahasa dan logika sejak dari rumah. (*Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana)