Mulai Dari Pelatihan Evakuasi Hingga Penyediaan Titik Kumpul di Kawasan Tinggi
PETA EVALUASI: Jajaran Pemdes Pengastulan dan sejumlah pemangku kepentingan berfoto bersama di depan peta evaluasi kesiapsiagaan bencana tsunami di Desa Pengastulan, Kabupaten Buleleng, Bali. --
Walakin, pihaknya pantang menyerah dengan keterbatasan itu. Pihak desa terus berupaya melaksanakan edukasi dan simulasi secara rutin. Warga diajarkan untuk segera bergerak ke titik aman setelah merasakan gempa besar tanpa menunggu peringatan resmi. Selain itu, Desa Pengastulan telah memasang rambu-rambu jalur evakuasi yang jelas dan menyediakan titik kumpul di area yang lebih tinggi atau jauh dari pantai.
Sistem peringatan dini, seperti sirine di kecamatan atau pesan singkat di aplikasi WhatsApp juga terus berupaya dioptimalkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat dengan lebih cepat. Pengetahuan tentang pentingnya golden time disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak, agar mereka memahami pentingnya bergerak cepat saat waktu kritis tersebut tiba.
Dengan upaya ini, Desa Pengastulan berharap dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan warganya dalam menghadapi ancaman tsunami.
Salah satu peran yang dilakukan oleh generasi muda Desa Pengastulan adalah turut serta dalam berbagai simulasi dan berupaya menyukseskan program kesiapsiagaan bencana di desa tersebut.
Kadek Dandy Kusuma, salah seorang pemuda, menjelaskan bahwa anak muda secara sukarela berpartisipasi pada setiap program kesiapsiagaan bencana yang dilakukan pemerintah desa.
Mereka rutin turut serta dalam simulasi evakuasi tsunami yang melibatkan seluruh warga desa. Simulasi ini tidak hanya melatih kecepatan evakuasi, tetapi juga meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya bergerak cepat dalam waktu emas.
Di era digital, pemuda Desa Pengastulan juga memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang kesiapsiagaan bencana. Mereka siap memberikan dan menyebarkan informasi kebencanaan di desa sehingga dapat diketahui oleh semua pihak.
Dukungan generasi muda terhadap kesiapsiagaan tsunami mendapat apresiasi dari pemerintah setempat. Sekretaris Desa Pengastulan, Muhammad Ali, menyatakan bahwa keterlibatan pemuda sangat penting untuk keberlanjutan program mitigasi bencana.
Semangat para pemuda ini juga didorong oleh pengalaman sejarah. Desa Pengastulan pernah dilanda gempa dan tsunami pada tahun 1976, yang meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat. Generasi muda merasa bertanggung jawab untuk memastikan hal serupa tidak terulang. Mereka percaya bahwa edukasi dan kesiapan adalah kunci untuk melindungi desa dari bencana di masa depan.
Melalui upaya kolektif dan inovatif, generasi muda Desa Pengastulan telah menjadi contoh inspiratif bagi komunitas lainnya. Mereka membuktikan bahwa kesadaran akan bencana harus dimulai sejak usia dini dan melibatkan semua pihak, termasuk anak muda.
Ke depan, mereka berencana memperluas jaringan kolaborasi dengan desa lain yang berada di kawasan pesisir Buleleng. Harapannya, desa-desa lain dapat belajar dari pengalaman Desa Pengastulan dalam menciptakan generasi yang tanggap dan siap menghadapi bencana.
Dengan peran aktif generasi muda, Desa Pengastulan kini tidak hanya diakui sebagai Komunitas Siaga Tsunami oleh UNESCO, tetapi juga sebagai desa yang berhasil menginspirasi banyak pihak melalui sinergi lintas generasi dalam membangun ketangguhan terhadap bencana. (ant)