Dirikan Sekolah Sore, Disambut Bak Penduduk Asli
RUMAH PENGASINGAN: Ruang tamu rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira --
Meski berada di Banda Neira hanya selama enam tahun, warga setempat menganggap Hatta sebagai anak Banda Neira.
Sosok Hatta yang gigih dalam mencerdaskan anak Banda pada masa pengasingannya menjadi teladan bagai anak-anak Banda yang hingga kini terus berkembang secara dinamis, mengikuti perkembangan zaman, meski pulau itu berada jauh dari pusat pemerintahan Provinsi Maluku.
Kembali ke Banda
Pada 1944 bangunan rumah pengasingan Bung Hatta dipugar oleh pemerintah, setelah sebelumnya menjadi satu dari sekian bangunan yang terkena bom tentara Sekutu pada masa Perang Dunia Kedua.
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Bung Hatta menemani Presiden Soekarno sebagai Presiden Indonesia dan keduanya menjabat sejak 1945 hngga 1956.
Pada 1972, jauh setelah ia tidak lagi menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, Bung Hatta sempat kembali mengunjungi rumah "kampung halamannya" di Banda Neira. Ia disambut bagai anak asli dari pulau tersebut. Banyak pula warga yang menangis ketika Hatta pulang kembali ke Jakarta, sama seperti saat Februari 1942, ketika Bung Hatta dan Bung Sjahrir mengakhiri masa pengasingan di daerah itu.
Kini, meski rumah tersebut sudah tak dihuni Bung Hatta, tak ada satupun masyarakat Banda Neira yang ingin menjadikan bangunan itu sebagai tempat tinggal. Mereka menjaga dan merawat setiap peninggalan Bung Hatta di rumah tersebut.
Bahkan, setelah rumah tersebut menarik banyak wisatawan, masyarakat setempat tak mematok harga tertentu pada pengunjung. Hanya disediakan sebuah kotak kayu kecil untuk diisi seikhlasnya bagi para pengunjung.
Cagar Budaya
Pada tahun 2008, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menetapkan bangunan Rumah Pengasingan Bung Hatta sebagai cagar budaya dari Provinsi Maluku, dengan SK Menteri Nomor PM.31/PW.007/MKP/2008. Sampai saat ini, bangunan bercat putih yang berlokasi di Jalan dr Rehatta di kawasan Nusantara itu telah menjadi museum dan sebagai objek wisata sejarah utama di Banda Naira.
Dengan ditetapkannya rumah pengasingan Bung Hatta menjadi bangunan cagar budaya, semakin menambah minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi Banda Neira.
Hal ini mendorong Pemerintah Provinsi Maluku dan Kabuapaten Maluku Tengah menjadikan Banda sebagai objek wisata unggulan di provinsi itu.
Dinas Pariwisata Maluku Tengah berharap keberadaan objek wisata itu memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pemerintah daerah terus mendorong pengembangan pariwisata dengan melakukan berbagai program guna meningkatkan kunjungan wisatawan.
Program itu, salah satunya adalah "Festival Banda Neira" yang sudah masuk dalam 110 acara festival terbaik pada 2024, setelah melalui berbagai penilaian ketat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.