Kisah Perempuan Visioner Pencegah Pernikahan Anak dari Pulau Sabutung
Kasus pernikahan anak usia dini sangat marak di Pulau Sabutung. Faktor ekonomi dan budaya menjadi alasan utama orang tua menikahkan anak mereka walau usia anak masih tergolong belia. Tiga tahun terakhir angka pernikahan anak usia dini menurun drastic setalah adanya Sekolah Perempuan Muda.
--------------------
DI meja kecil setinggi pinggang yang terbalut kain hitam, Fitri Ramadani, menata miniatur kapal-kapal pinisi berbahan kayu yang sewarna bendera Indonesia merah-putih.
Perempuan 25 tahun itu menyodorkan miniatur pinisi itu kepada setiap pengunjung lewat di depan gerainya menghadiri pameran Musyawarah Nasional ke-2 Perempuan di Balai Budaya Giri Nata Mandala yang berlokasi di Kabupaten Badung, Bali, pada 19 April 2024.
"Ini karya ibu-ibu di Pulau Sabutung dampingan Sekolah Perempuan Muda," ucapnya.
Fitri adalah Ketua Sekolah Perempuan Muda. Dia bergabung ke dalam organisasi masyarakat sipil itu sejak tahun 2018 ketika usianya baru menyentuh 19 tahun.
Sekolah Perempuan Muda bergerak di bidang sosial dan pendidikan dengan misi utama menghentikan pernikahan anak usia dini di Pulau Sabutung, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan.
BACA JUGA:Beby Tsabina Bakal Dinikahi Anggota DPR Termuda
BACA JUGA:Al Haris: Pemprov Jambi dan Kabupaten/Kota Butuh Pembinaan KPK
Sewindu sebelum organisasi itu terbentuk, kasus pernikahan anak usia dini sangat marak di Pulau Sabutung dengan jumlah bisa mencapai lima pernikahan anak usia dini per tahun. Faktor ekonomi dan budaya menjadi alasan utama orang tua menikahkan anak mereka walau usia anak masih tergolong belia.
Berangkat dari permasalahan itulah, Fitri dan 15 anak muda lainnya lantas melakukan edukasi dan melawan praktik pernikahan anak usia dini di bawah bendera organisasi Sekolah Perempuan Muda.
Mereka memberdayakan para ibu dan perempuan muda untuk belajar baca, tulis, dan berbicara di hadapan umum.
Sebuah radio komunitas perempuan Sipurennu FM yang dalam bahasa Bugis artinya senang bersama, menjadi sarana edukasi dan kampanye bagi organisasi Sekolah Perempuan Muda dalam meningkatkan wawasan para ibu dan anak-anak muda di Pulau Sabutung.
Radio itu dibangun saat masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020 yang digunakan untuk anak-anak sekolah dalam melakukan pembelajaran jarak jauh. Radio Sipurennu FM membantu anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat untuk menekan penyebaran virus Corona.