SAROLANGUN, JAMBIEKSPRES.CO–Musim kemarau yang berkepanjangan di Kabupaten Sarolangun telah menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang signifikan.
Pemerintah Kabupaten Sarolangun telah menetapkan status siaga bencana karhutla untuk menghadapi situasi ini.
Penjabat Bupati Sarolangun, Dr. Ir. Bachril Bakri, mengungkapkan bahwa kebakaran hutan dan lahan mulai terjadi sejak 22 Juli lalu. "Seluruh pihak terkait telah melakukan berbagai upaya pemadaman.
BACA JUGA:Pemkab Sarolangun Galakkan Program SATU KENDALI untuk Pengendalian Inflasi
BACA JUGA:Dandim Sarko Sebut Setiap Hari Selalu Ada Titik Hotspot di Sarolangun
Kebakaran terbesar terjadi di Desa Lubuk Kepayang, Kecamatan Air Hitam, seluas 40 hektar, dan Alhamdulillah telah berhasil dipadamkan," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa asap dari kebakaran dapat berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan, sehingga pemadaman harus dilakukan secara cepat dan efektif.
Selama periode Januari hingga Agustus 2024, tim Satgas Karhutla Kabupaten Sarolangun telah mendeteksi 170 titik hotspot di 11 kecamatan. Dari titik-titik hotspot tersebut, sekitar 140,2 hektar lahan telah terbakar.
BACA JUGA:Akhir Tahun, Pemkab Sarolangun Rekrutmen PPPK
BACA JUGA:BPPRD Sarolangun Targetkan PAD Rp32 Miliar Tahun 2024
Lokasi kebakaran terbesar terjadi di Kecamatan Air Hitam dengan luas 63,9 hektar, disusul oleh Kecamatan Sarolangun dengan 16,3 hektar, dan Kecamatan Pauh dengan 14,5 hektar.
Beberapa kecamatan lainnya yang mengalami kebakaran adalah Kecamatan Singkut (12,5 hektar), Bathin VIII (10,1 hektar), Pelawan (4,1 hektar), Limun (2,5 hektar), CNG (0,5 hektar), Batang Asai (2 hektar), Mandiangin (5,5 hektar), dan Mandiangin Timur (8,3 hektar).
Bachril Bakri menekankan pentingnya kesiapsiagaan dari semua pihak termasuk Pemda, TNI, Polri, Manggala Agni, dan jajaran terkait lainnya dalam menghadapi bencana karhutla.
BACA JUGA:PAD Kabupaten Sarolangun Menurun pada APBD Perubahan
BACA JUGA:BKPSDM Sarolangun Ingatkan Pendaftar CPNS Agar Tak Percaya Calo