"Kerinduan berat biasanya sedikit terobati ketika melihat pemandangan masjid-masjid di pinggir jalan lintas Sumatera dipenuhi jamaah. Itulah salah satu kebahagiaan tersendiri di jalanan," katanya.
Pada awal-awal menjadi awak truk pembawa kebutuhan pokok masyarakat, biasanya hari ketiga Lebaran (H+3) baru bisa pulang ke rumah. Namun dalam beberapa tahun terakhir ia bisa kembali ke rumah berkumpul dengan keluarga bahkan hari kedua lebaran (H+2), berarti lebih cepat sehari.
Hal itu karena sudah terbantu dengan akses Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sehingga perjalanan di jalur lintas Sumatera dilalui tidak memakan waktu seperti awal-awal ia menjadi sopir sekitar 11 tahun lalu.
Keberadaan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dari Bakauheuni Provinsi Lampung hingga ke Palembang Sumatera Selatan jelas sangat mempercepat waktu tempuh.
Berlebaran di jalur lintas Sumatera juga memberikan pengalaman dan catatan yang tidak bisa ia lewatkan dari kenangannya.
Selain pemandangan jamaah shalat Id yang memberikan kebahagiaan, terdapat pula kegembiraan lainnya saat Lebaran di lintas Sumatera yakni banyaknya warung makan yang terkadang memberikan harga spesial saat Lebaran.
Ketika kumpul bareng dengan rekan seprofesi serta bersilaturahmi bersama rekanan di warung kopi, itu memberikan kehangatan tersendiri. Terlebih para pemilik warung juga biasanya memberikan makanan spesial Lebaran seperti ketupat dan opor ayam.
Jalanan yang lengang saat Lebaran dan sama sekali tidak ada kemacetan sedikit meringankan beban para sopir truk.
Khusus untuk sopir truk nonpangan, ceritanya beda. Bila truk pangan mendapat fasilitas khusus untuk bisa menembus di jalan lintas-- termasuk di Dermaga Pelabuhan Bakauheuni Lampung dan Merak Banten-- maka truk angkutan nonpangan tidaklah demikian.
Truk jenis ini biasanya tidak bisa melintas atau beroperasi pada H-7 hingga H+5 Lebaran pada setiap tahunnya. Pasalnya, jalur atau jalan diprioritaskan untuk lalu lintas mudik dan balik Lebaran.
Akibatnya, sopir truk nonpangan itu terkadang harus menginap di kota di mana mereka terakhir mengantar muatan sambil menunggu momen untuk kembali bisa melintas di jalan raya selepas masa Lebaran. Kondisi itu menjadi bagian dari pengaturan distribusi barang di mana mereka melakukan pengiriman sebelum pemberlakuan pembatasan operasional truk jenis itu.
"Kami rata-rata sudah tahu aturan di jalan saat momen Lebaran, termasuk penghentian operasi truk non-angkutan sembako yang biasanya pada H-7 hingga H+5. Kami sudah prediksi sehingga bisa dipastikan di mana posisi akhir saat Lebaran kita berada," kata Heri, sopir truk lintas Sumatera.
Pengamanan Jalur
Kehadiran aparat kepolisian yang menggelar Operasi Ketupat Lebaran di jalur lintas Sumatera akan memberikan ketenangan bagi awak angkutan. Meningkatkan pengamanan lalu lintas memakai metode sosialisasi preemtif dan preventif agar masyarakat merasakan jaminan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas.
Polisi yang mendapat tugas pengamanan jalur lalu lintas mudik dan balik Lebaran juga dipastikan tidak bisa berlebaran bersama keluarga di rumah karena mereka harus siaga di jalur tempat tugas masing-masing.
Direktur Lalu Lintas Polda Sumatera Selatan Kombes M Pratama Adhyasastra menyebutkan telah memiliki prosedur tetap pengamanan musim mudik dan balik Lebaran. Selain melakukan pengamanan jalur, juga memberikan pelayanan kepada pemakai jalan. Bahkan terkadang menjalankan tugas pelayanan di luar kewajiban yang dimiliki anggota kepolisian. Namun hal itu harus dilakukan aparat kepolisian saat bertugas menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat.